Saya pertama kali bertemu dengan orang “Denmark” saat sedang liburan ke Bali.

Tapi kok logat medoknya mirip orang Australia ya? Tanya saya pada suami.

Eh ternyata orang “Denmark” ini memang dari Australia.

Iya, Denmark rasa Australia.

Baru beberapa hari yang lalu saya dan keluarga akhirnya bisa “sedikit” mencicipi rasa Denmark di Australia Barat ini.

Saya berangkat dari Busselton, dimana saya memang bermukim di sana.

Busselton ke Denmark berjarak sekitar 315 kilometer. Bisa ditempuh sekitar tiga jam tiga puluh menitan.

Rute kerennya (bisa melihat banyak pemandangan spektakuler) : Busselton – Nannup – Manjimup – Denmark.

Sedangkan yang dari Perth, bisa lewat : Perth – Armadale – Albany Highway – Williams – Kojonup – Mount Barker – Denmark.

Jarak Perth ke Denmark sekitar 415 kilometer dan bisa ditempuh sekitar empat jam tiga puluh menitan.

Ke Denmark lewat Busselton ataupun Perth sebenarnya sama-sama indah suguhan pemandangannya. Hanya saja, kalau dari Busselton lebih cepat sampainya.

Lalu ada apa saja di Denmark?

Tujuan pertama kami tentu saja ke Pantai Greenpools yang tersohor dengan batuan granit raksasanya.

Greenpools adalah pantai paling ngetop di Denmark yang jadi tujuan utama para wisatawan. Pasir pantai yang putih bersih dipadu dengan biru beningnya air laut.

Sangat memukau.

Lokasi Pantai Greenpools sendiri tidak jauh dari pusat kota Denmark. Hanya berjarak sekitar 17 kilometer saja dan bisa ditempuh dalam waktu lima belas menitan. Greenpools ada di area William Bay Road, Denmark.

Saat kami kesana, masih musim semi. Cuaca mendung, berangin dan dingin.

Beningnya air di Greenpools rasanya seperti memanggil-manggil kami untuk menikmati kejernihannya. Tapi suhu udara 18 derajat yang juga diimbuhi dengan desau angin kencang, langsung mematikan niat untuk berenang.

Greenpools saat musim semi, sepertinya cukup dinikmati dengan indera penglihatan saja.

Puas memandangi air laut yang warna biru tua dan biru mudanya terpisah itu, kami kemudian melanjutkan perjalanan ke lokasi wisata lainnya.

Kali ini kami memutuskan untuk mengunjungi para raksasa. The Valley of the Giant.

Valley of the Giant adalah hutan nasional dimana ada ribuan pohon raksasa menjulang anggun disana.

Mereka, para raksasa berusia ratusan tahun itu adalah pohon Karri, Marri, Jarrah dan Tingle.

Dan yang menjadi ikon utama para raksasa itu adalah pohon Red Tingle.

Mata kami yang awalnya menunduk memandangi beningnya biru Greenpools, sekarang jadi terdongak sambil ternganga mengagumi para raksasa yang mengangkang tinggi.

Puas memandangi dan berdecak kagum di Valley of the Giant yang ditata rapi, lengkap dengan Aplikasi panduan online tentang konservasi alam di South West, kami kemudian melajukan kendaraan ke lokasi “look Out” atau gardu pandang.

Tidak ada nama pastinya. Tapi masih satu lokasi dengan Valley of the Giant.

Dimana kami bisa melihat Denmark dari dataran tinggi. Satu-satunya penanda nama lokasi “pandang” itu adalah papan tulisan “Bibbulmun Track Short Walk” yang ditujukan bagi para wisatawan yang gemar menjelajah alam dengan berjalan kaki.

Sebenarnya ada banyak lokasi wisata di Denmark yang belum kami datangi.

Maklum, saat itu bujet liburan kami lumayan mepet. Jadi, lokasi wisata yang gratisan saja yang kami kunjungi.

Sedangkan yang mematok tiket, tidak kami masuki. Lain kali saja.

Sekedar info, rata-rata tiket ke lokasi wisata di Denmark di patok sekitar $21 – $25 (dewasa), $10 – $15 (anak-anak) dan $53 – $75 (untuk dua dewasa dua anak).

Tips liburan murah di Denmark: hindari peak/high season atau musim turis.

Selain harga akomodasi yang naik drastis, ketersediaan akomodasi juga susah didapat.

Akomodasi di Denmark rata-rata dimanajemeni oleh Visitor Center setempat.

Waktu itu kami menyewa Cedar Cottage Denmark untuk dua malam dan kena biaya AU$400 (dua kamar tidur).

Jadi, wisatawan yang ingin pesan akomodasi nantinya akan berurusan dengan mereka. Tidak berbelit. Mudah, simpel dan semuanya bisa dilakukan online.

 

Nila Nurul Hidayati (Busselton, Australia Barat 26 September 2017).

Semua foto hasil jepretan Nila N. H. Rogers (Copyright Nila Rogers 2017).