Cantik.

Definisinya luas. Tergantung bagaimana individu melihat arti cantik itu.

Penampilan bak sosialita, sambil menenteng tas Fossil kekinian, tapi utang di tukang sayur langganan masih numpuk. Itu cantik kah?

Wajah kinclong, dandanan bak artis papan atas, mobil mewah, tapi mbuang sampah sembarangan. Yang begini ini cantik?

Baju yang kainnya seharga rumah, punya pekerjaan bergengsi, tapi berani menelikung kanan kiri demi ambisi jabatan dan kekuasaan. Yakin yang model begini ini cantik?

Bertato, misuhan, baju kayak orang gembel tapi welas asih dan mau berkorban demi kaum papa. Yang begini ini, di mata saya, wanita yang jelita!

Baju sering kecipratan kotoran, wajah berdebu, kaki kapalan, tapi kerjaannya membersihkan dan mendaur ulang sampah. Yang seperti ini, WANITA CAKEP BANGET!

Iya, definisi cantik buat saya ya di karakter dan perilaku mereka ke sekelilingnya 🙂


Nila kecil, dipanggil Joni oleh paman saya. Karena dari kecil, rambut saya cepak dan bertingkah laku bak monyet liar yang hanya kalem saat ibu saya memegang sapu, siap menghajar.

Saat usia pubertas, saya masih belum sadar konsep cantik itu bagaimana. Yang saya ingat, saya pernah menyumpalkan kaus kaki ke dalam mini-set (beha kecil) biar dada saya “menggembung”. Untungnya, aksi nekat itu ketahuan ibu saya dan saya ndak sampai keluar rumah dengan dada yang besar sebelah, gara-gara kaus kaki yang saya sumpalkan tidak sama ukurannya.

Saat SMA, cantik buat saya itu, yang bisa memakai sepatu berhak tinggi! Saya ingat betul bagaimana saya jalan tertatih saat menghadiri pesta ulang tahun kawan dan harus dibantu berjalan gara-gara saya ndak bisa bergerak. Hak sepatu saya yang runcing menancap di rumput. Shit!

Saat kuliah, terinspirasi oleh sahabat baik yang selalu tampil keren dengan pewarna bibir warna merah membara, saya kemudian meniru dengan memakai lipstik warna ungu muda dipadu kaos oblong, jins usang dan tas ransel. Hasilnya? Epic!

Kawan-kawan di kuliahan tertawa sampai berurai air mata demi melihat saya yang datang dengan kaos biru dan bibir ungu!

Saya sampai menangis saking malunya 😦

Tidak kapok, saat kuliah saya ikut agen SPG, biar bisa belajar dandan sekalian cari tambahan uang untuk bayar kos. Saya diterima. Dari kawan-kawan SPG, saya belajar dandan. Karena uang cuma sedikit, saya beli make up murahan. Hasilnya? Yah lumayanlah, ndak bikin kucing tetangga lari terbirit-birit.

Tapi, semakin bertambahnya usia, saya semakin paham cantik itu apa.

Saya semakin tahu, CANTIK itu yang bagaimana 🙂


Lingkungan dan tren “cantik” memang susah di hindari. Saya ingat betul, saya pernah terseret tren kulit putih saat kuliah dan kerja (sekitar tahun 2000 sampai 2010). Kulit saya aslinya sawo matang tapi bisa jadi sawo belum matang kalau jarang terpapar matahari.

Saya dulu, sering pakai produk pelembab wajah yang ada embel-embelnya “whitening“. Body lotion juga sama. Saya dulu, belinya yang ada embel-embelnya “memutihkan kulit”. Sampai produk memutihkan ketiak  juga saya coba loh!

Buat apa? Apakah biar pacar saya lengket? TIDAK juga.

Apa demi menarik perhatian laki-laki? Emmmm, mungkin juga.

Belakangan, saya tersadar bahwa tidak ada satupun (mantan) pacar-pacar saya yang jatuh hati pada saya karena saya cantik. Tidak ada satupun yang khilaf bilang saya cantik juga. Semuanya, pasti bilang “aku suka kamu karena kamu asyik!”.

Nah!

Laki-laki memang tertarik pada wanita dari mata. Tapi saat pendekatan, mereka pakai hati juga, sama seperti wanita yang mengedepankan perasaan.

Mantan saya banyak, tapi tidak ada seorang pun yang bilang saya cantik. Bahkan, ada mantan yang dari kalimantan (kami pacaran selama lima tahun), sering manggil saya “orang gila”, bukan “sayangku yang cantik”.


Menjadi cantik itu wajar karena biar kita percaya diri, kan?

Tapi yang paling penting, menjadi “cantik” itu juga HARUS bikin bahagia.

Saya kok tidak bisa melihat tujuan dari cantik itu saat yang melakukannya bersusah payah mencapainya.

IMG_5615

 

Misalnya nih, memaksakan diri pakai kawat gigi harga jutaan rupiah yang bikin ngilu, padahal giginya rapi dan tidak ada yang perlu di benahi. Ini bukan pengen cantik kalau buat saya. Tapi demi gengsi!

Misalnya juga, maksa pakai lensa kontak warna warni tapi kurang bersih saat membersihkan lensa. Akhinya, matanya sampai merah dan meradang hingga penglihatannya terganggu. Haduuuhhh, jangan main-main dengan mata sih! Indera paling sensitif ituuuu!

Ada juga, yang sampai berani berhutang sana sini demi melakukan operasi plastik, menambal hidungnya biar “mbangir“. Dan karena duitnya kurang banyak, bukan silikon padat yang ditanam, tapi silikon cair yang di suntikkan. Alhasil, saat usianya bertambah, itu hidungnya jadi “meleleh” dan wajahnya jadi seperti nenek sihir 😦

Kawan saya, sebulan sekali suntik putih pakai kartu kredit hingga hutangnya bertumpuk dan kemudian menghubungi saya minta dibantu. Ya saya tolak lah! Edan!

Saya hanya bisa kasihan.

Mbak, Jeng, Buk, Neng, Dik… sudahlah. Cantik itu mudah loh sebenarnya.

Mungkin sedikit klise kalau saya bilang cantik itu dari hati. Ya sudah, saya ubah saja kalimatnya.

CANTIK ITU KAMU!

Iya, kamu…

Kalian…

Kalian yang suka dandan, dan tidak PEDE kalau belum bermake-up. Iya kalian cantik.

Kalian yang tidak suka dandan, dan terlalu PEDE keluar rumah pakai kaos usang, jins belel dan sandal butut. Iya, kalian seperti saya, CANTIK JUGA! hehehe

Kalian yang kurus ceking, berusaha makan banyak tapi masih kurus? Kalian juga cantik.

Kalian yang bertubuh berisi, tapi ceria dan aktif berlompatan kesana kemari saat erobik. Wah, kalian CANTIK BANGET!

Cantik itu saat kalian bahagia!

Terlepas tampilan luar mau seperti apa, saat kalian HAPPY, kalian pasti akan “merasa” CANTIK!

Lupakan itu tren alis tebal kalau bikin kalian kesusahan bikinnya. Bukannya malah bagus, wajah kalian malah jadi aneh! Yang susah itu tidak bikin bahagia!

Lupakan itu pil diet kalau bikin kalian malah masuk UGD dan sakit beneran. Olahraga, olahraga, olahraga!

IMG_5473

Lupakan itu tas kekinian yang harganya jutaan rupiah saat hutang kredit motor belum beres! Pilih mana sekarang, mengejar gengsi atau di kejar petugas debt collector motor???

Jangan terjebak teori (mengejar) GENGSI = CANTIK! Salah itu!!! Bikin sakit jiwa dan sakit hati. Hati-hati.

Kenapa tidak milih: BAHAGIA = CANTIK?

Lebih mudah penerapannya.

“Tapi, temen-temenku semuanya pakai tas yang itu. Aku kan minder kalau tidak pakai tas yang mahal juga,” rengek salah satu kawan saya.

Minder itu penyakit jiwa. Obatnya tidak mudah memang karena butuh asupan keberanian yang juga perlu di asah.

Saran saya, jangan merunduk! Tengadah saja. Temui kawan-kawanmu yang ribut saling membandingkan tas kekinian, kamu bawa tas bekas karung terigu. Pasti mereka tertawa semua dan kamu di bilang gendeng! Biarkan saja. Belajar menertawai diri sendiri, juga obat-kuat-jiwa yang mujarab loh!

Kalau belum sanggup, ya bawa tas hasil karyamu sajalah. Bilang kalau itu tas muahal. Karena kamu yang rajut sendiri!

Atau bawa tas nenekmu yang kuno. Bilang, kalau itu tas mahal juga karena termasuk barang langka.

Ada banyak cara untuk tampil beda tapi unik. Tergantung cara kita berkreasi biar tidak di “tinggal” kawan-kawan.


Saat kuliah, saya dipanggil “rahang T-Rex” karena wajah saya yang lebar. Saya tidak marah, malah saya tertawa terbahak, karena memang wajah saya persegi.

Saat kuliah, ini dahi saya yang lebar seperti lapangan tenis, pernah dijadikan taruhan. “Ayo, siapa yang bisa lempar kertas ke jidatnya Nila, dapat seribu!” Tuk tuk tuk, puluhan gumpalan kertas melayang ke wajah, berusaha menarget dahi saya.

Saya misuh-misuh dong! Tapi sambil tertawa lepas, karena permainan itu lucu juga buat saya.

Saya dipanggil “jendol” karena bentuk kepala saya yang memang tidak bulat sempurna. Ada tonjolan aneh di tempurung saya. Tapi kok ya PD sering potong cepak ahahaha

Lagi-lagi, saya tidak marah. Pasrah saja di panggil “jendol” ya karena memang begitulah adanya. Kepala jendol! hehehe

Tertawa saja, Mbak, Buk, Jeng, Neng, Dik… Tertawa saja.

Belajar berani. Belajar menerima diri kalian yang cuantik itu!


“Suamiku sukanya yang bening-bening. Aku kan hitam, ndak cantik juga,” keluh kawan saya.

“Lah, suamimu dulu milih kamu karena apa??? Kan dari awal nikah, kamu memang ndak bening hehe,” tanya saya.

“Kami memang pacaran sudah lama. Eh, pas nikah, dia kok jelalatan dan aku curiga dia selingkuh,” katanya semakin sendu.

Kawan, laki-laki itu banyak maunya dan tidak akan ada habisnya kalau kita jumpalitan berusaha mengikuti maunya (baca: wanita menegaklah).

Fokus saja ke BAHAGIA-mu.

“Tapi, aku bahagia saat suamiku bahagia.”

Itu kebahagiaan palsu!

Bahagiamu itu yang didahulukan. Olah raga, ikut senam intim, biar suamimu yang rewel itu terpuaskan “kebutuhannya”.

Tapi kalau masih “nakal” juga, ya maaf, sepertinya kamu harus mengevaluasi hubunganmu dengan suamimu.

Buat saya, hubungan yang satu arah. Hubungan yang berat sebelah. Hubungan yang bikin kamu menangis setiap hari. WAJIB di kaji ulang masa depannya. Wanita itu tujuannya satu saja : MENJADI BAHAGIA (tapi dengan cara yang pantas!).

Karena dengan hati yang gembira, sekeliling wanita itu akan ceria juga.


Cantik itu mudah dan jangan dibikin rumit.

Saat menuju “cantik” itu kalian merasa kesusahan dan bikin hati sedih, sepertinya kalian salah arah.

Terakhir, tanya ke dirimu sendiri. Jujur saja, kalian ini maunya bagaimana? Tanya ke hati kalian, itu tas mahal, di beli untuk apa? Itu lensa warna hijau pupus, dipakai demi apa?

Hati tidak bisa dibohongi. Saat kalian menipu hati, kalian sudah menipu diri sendiri. Kalau pada diri sendiri saja kalian bisa bohong, bagaimana dengan sekeliling kalian?

Lihat kaca, bilang, Halo Cantik!

Karena semua wanita itu CANTIK!

 

Busselton 28 April 2017 Pukul 12:03 waktu Perth.

*all photos Copyright © 2017 Nila Nurul Hidayati.