Awalnya, aku menolak untuk ikut menguburkan Floppy, kelinci kerdil kesayangan kami yang terpaksa di”tidurkan” kemarin malam, 12 Agustus 2021.

Aku memilih memasak sup ayam di dapur. Memilih menyendiri. Karena aku memang seperti itu karakternya. Kalau lagi galau, lagi down, malas di ajak bicara.

Tapi sore tadi, aku dipaksa keluar sama suamiku. Sempat aku mengomel tentu saja. Karena aku memang enggan keluar.

Tapi mereka, suamiku dan anakku, Andrea, sudah mempersiapkan semuanya.

Lubang dalam sudah digali. Dan Floppy juga sudah dimasukkan ke dalam plastik khusus buat penguburan (plastiknya akan terurai).

Prosesi penguburan, rasanya berjalan lambat sekali. Andrea perlahan menurunkan Floppy ke liang lahat, dibantu dengan tali. Dan sempat, pembungkus plastik jasad si Floppy, disentuhnya, agak lama. Air mataku menderas. Aku balik badan, tak kuasa melihat lagi.

Saat aku sudah berhasil menguasai diri, aku balik badan dan melihat Andrea yang sedang menyekopi tanah ke dalam lubang.

Anakku satu ini dewasa sekali karakternya. Dia menangis, tapi tetap tegar.

Aku yang ajur. Berkali menoleh ke arah lain dan buang badan, karena aku, tidak kuat.

Orang dengan karakter meledak-ledak, biasanya berhati TAHU. Gampang ajur!

Dan sebagai penanda keberadaan Floppy, suamiku memilihkan tanaman buah Peach kerdil (dwarf peach), karena Floppy sendiri adalah kelinci jenis kerdil.

Tahapan berduka ada lima : Menyangkal; Marah; Tawar Menawar; Depresi; Menerima

Aku masih ditahapan, MARAH. Tapi juga bisa menerima dan tidak menyangkal bahwa Floppy telah pergi. Tapi, aku juga kemudian dirundung depresi.

Mungkin kematian Floppy hanya trigger saja. Istilahnya itu, The straw that broke the camel back.

Saat aku berusaha menopang beragam permasalahan seorang diri, sambil berusaha menegak, tapi kemudian hantaman kematian Floppy kecil ini, meluruhkan semuanya. Aku tak kuasa lagi berdiri.

Mungkin, permasalahan terbesar kesehatan mentalku ya masalah carut marut Indonesia dalam menghadapi pandemi. Ada ketidakberdayaanku di sana. Pengennya membantu semua manusia, yang tentu saja tidak akan pernah terlaksana. Memangnya aku siapa????

Awalnya ya dari situ dulu. Marah dengan banyak orang Indonesia yang seakan kehilangan nurani sekaligus akal sehatnya. Dan kemudian disulut dengan kematian Floppy…. aku D O W N.

Banyak orang yang suka curhat demi membuka sumbatan kepenatan jiwa. Tapi tidak dengan aku. Saat bersedih, aku minta untuk TIDAK DIGANGGU.

Aku tidak suka curhat. Karena aku terlalu angkuh untuk membuka masalahku ke kamu, misalnya. Karena aku tahu masalahnya apa, dan solusinya apa. Jadi aku tidak butuh tempat curhat. Makanya, saat aku depresi parah di tahun 2014, sesi curhat lewat Psikolog dan Psikiater, sama sekali tidak bikin aku sembuh. Aku malah semakin parah sedihnya.

Jadi, biarkan saja aku sendiri dulu.

Nanti, kalau sudah siap, pasti aku balik seperti dulu lagi. Melucu. Posting unfaedah. Misuh.

Tapi untuk sementara, BIARKAN AKU SENDIRI DULU. Daripada nanti amarahku tidak mereda. Daripada nanti, keluargaku di sini yang sengsara, kena sasaran amarahku yang tidak jelas karena apa.

Daripada, airmataku terus menderas yang entah kapan bisa menyusutnya ini.

So, please leave me alone.

RIP Floppy. Kamu akan selamanya kami rindukan.

Busselton, Jumat 13 Agustus 2021. Pukul 19:55 waktu Perth, Australia Barat.