Saya lagi kebagian tugas jadi kasir saat ibu kulit putih rambut acak-acakan itu datang.
Sambil ngobrol basa basi, si ibu itu mulai memberesi barang belanjaannya ke troli. Eh tiba-tiba ada sosok gender tidak jelas masuk ke area penjualan alkohol dan mengambil sebotol wiski.
Dia ikut mengantri di meja kasir saya.
Saya amati sekilas, dia ini gadis muda tapi berpenampilan seperti pria. Rambut trondol dan pakai jaket dengan tudung besar. Celana kedodoran.
“Ada ID?” tanya saya pada gadis muda bingung-gender itu.
“Aduh ketinggalan di mobil, sebentar!” dan berlari keluar.
Wiski-nya saya amankan.
Si Ibu rambut acak masih sibuk memberesi belanjaannya di dekat meja kasir saya.
“Aduh ketinggalan di rumah! Tapi itu Ibu saya. Bisa tanya sama dia!” kata si gadis muda sambil menunjuk ibu rambut acak, sekembalinya dari berlari tadi.
“Maaf, saya tetap butuh lihat langsung ID kamu.” Tegas saya menolaknya.
Ibu tadi pucat dan menunduk dalam-dalam saat si gadis muda mendelikkan matanya sambil berkata, “Bu, bilang sama kasir ini kalau ID-ku ketinggalan di rumah!”
“Aku gak tahu…” jawab si Ibu sambil menunduk, takut.
Saya berdiri semakin tegak dan menggelengkan kepala saya pada si gadis muda yang kemudian melenggang keluar dengan marah.
“Terima kasih yah sudah menolak memberikan alkolhol pada anak saya. Dia sebenarnya belum 18 tahun…” kata Ibu itu berbisik pada saya.
Saya menghela nafas panjang.
Ibu tidak berdaya. Kalah sangar sama anaknya.
Anak berulah ya karena orang tuanya tidak sanggup mendidik anaknya dengan tegas!
*******************************
Ada tiga anak kecil berlarian kesana sini. Ribut sekali. Dua bocah perempuan usia lima tahunan dan satu anak laki-laki usia sembilan tahunan. Semuanya tanpa alas kaki. Yang anak laki-laki malah bertelanjang dada, cuma pakai celana pendek saja dan perut buncitnya terumbar.
Saya paling sebal dengan anak-anak model begini. Karena suka memporak-porandakan supermarket.
Tapi karena saya sedang jaga kasir, jadi tidak bisa mengejar dan memarahi mereka. Biasanya saya paling sering menegur anak-anak yang tingkahnya liar!
Ketiga anak liar itu datang dengan neneknya. Saya sering bertemu wanita ringkih ini. Saya tahu mereka tinggal dimana. Tapi tidak pernah sekalipun saya bertemu ibunya.
Si Nenek ini jalannya pincang dan tubuhnya tidak kurus. Saat ketiga cucunya ribut bermain sana sini, si Nenek terengah membawa tas besar diisi berbagai macam kebutuhan mereka.
“Lupa bawa troli ya Bu? Kenapa tidak minta tolong anak paling besar untuk membantumu?” sindir saya.
Si Nenek cuman tertawa memamerkan giginya yang porak poranda. Dan kembali terpincang-pincang menyeret tas belanjaan super besar dan super berat.
Si anak laki-laki melintas di depan Neneknya begitu saja. Tak perduli.
Saya gemas sekali. Pengen rasanya itu anak saya jitak keras-keras!
****************************
Lagi, ada lima anak usia sepuluh tahunan bermain petak umpet di supermarket!
Tapi karena saya lagi di jam istirahat, saya berusaha cuek.
Tak lama, kawan saya yang sedang melintas dekat freezer tempat menyimpan pizza beku, menjerit!
Ternyata ada anak laki-laki yang sedang sembunyi di dalam freezer, duduk di atas tumpukan pizza dan itu pintu freezernya ditutup!!!
Okay, thats it!
Saya marah beneran. Tidak perduli jam istirahat, anak-anak liar itu saya kejar sampai di luar pintu supermarket!
“Heh!!!! Pengen mati beku?!?!? Jangan maen ke supermarket sini lagi! Nakal sekali kalian ini! Awas kalau masuk kesini lagi!!!” Saya teriak kencang di depan banyak orang.
Bersungut-sungut saya masuk lagi ke dalam dan makan siang.
Cuk!
*************************
Bukan sekali dua kali saya mendisiplinkan anak orang di supermarket Jerman, Aldi Supermarket, tempat saya bekerja.
Saya tidak bisa menahan diri. Dan sampai sekarang, tidak satupun orang tua mereka yang protes. Malah banyak yang memberikan sinyal persetujuan.
Sepertinya mereka lelah juga menghadapi kekurangajaran anak mereka.
Saya bisa membedakan mana anak kurang ajar dan mana anak dengan kebutuhan khusus.
Yang memiliki autis dan penyakit mental lainnya, tentunya tidak akan saya marahin dong! Malah ibunya yang saya tepuk-tepuk punggungnya untuk bersabar.
“Nila, kasih tahu ibu itu sih! Anaknya jerit-jerit terus!” kata manager saya suatu kali.
“Heh ngawur! Anak ibu itu autis tahu!”
“Ooohhhhhhh…” jawab manager saya.
Pernah, satu geng anak bersepeda dan menggunakan skate board, saya usir semuanya dari supermarket.
Kenapa???
Karena mereka sudah dilarang masuk oleh manajemen dan geng anak badung ini sudah terkenal di Busselton kalau sering mencuri dan bikin onar.
“Get out from here NOW!!!”
“But I’m waiting for my friends….”
“I don’t care! Get OUT!” Suara saya meninggi.
**************************
Yang menyebalkan lagi, saya sering ketiban perintah untuk menghalau para bajingan kecil. Karena: wajah saya yang lembut 🤨🤨🤨🤨🤨
“Kamu tuh potongannya kalem. Jadi mereka tidak curiga,” kata manager saya sambil terkekeh.
Memang sudah jadi rahasia kecil diantara tim Aldi Busselton kalau Nila tuh si Asia pembunuh berdarah dingin dengan wajah keibuan.
******************************
Ibu tak berdaya sebenarnya dikendalikan oleh alam bawah sadar si ibu itu sendiri. Rata-rata mereka depresi berkepanjangan dan menyerah begitu saja untuk mendisiplinkan anak mereka.
Kok ngurusi anak, menyeret langkah mereka saja, SUSAHNYA BUKAN MAIN.
Saya pernah berada di posisi itu, makanya saya paham depresi seorang ibu itu bagaimana.
Tapi, kalau tidak berusaha cari bantuan dan terjebak di situasi yang sebenarnya bisa disembuhkan itu, ya anak-anak juga yang jadi korbannya!
Rata-rata ibu tidak berdaya yang saya temui, pandangan mata mereka: kosong.
Penampilan mereka, hampir semuanya sama: acak-acakan dan kemproh!
Sekilas, mereka terlihat seperti terlalu memanjakan anak. Tapi sebenarnya tidak. Mereka tidak perduli saja.
Anak jadi bertingkah bukan kepalang. Pencak silat ndukur mejo, kalau orang Jatim bilang.
Ibu perkasa adalah ibu yang bekerja keras. Bekerja untuk perbaikan dirinya sendiri dan bekerja keras untuk TIDAK MEMANJAKAN ANAK.
Kemanjaan yang wajar seperti kasih sayang, pujian dan ciuman pada anak, itu baik.
Tapi kalau anak tidak diajarkan kedisplinan yang baik sejak dini ya kalian merusak masa depan anak itu sendiri!
Jadi bajingan nantinya!
Jadi tumbuh liar dan anti sosial.
Wahai Ibu, menjadi perkasa dan tidak berdaya adalah pilihan.
Mau yang mana?
Sayang anak ataukah mau menjerumuskan anak?
As simple as that!
Busselton, 11:08am Perth time
16th May 2019
Leave a Reply