Saat itu saya sedang hamil besar Indigo dan lagi selonjoran di kasur sambil merenungkan nasib.

Iya, sebelum Indigo lahir, suami saya kehilangan pekerjaannya sebagai dokter hewan (baca kisah Marmut di blog ini) dan kita harus menanggung hutang pengadilan sebesar 400 juta.

Tiba-tiba pesan di Messenger berdenting.

Ternyata dari kawan lama di Surabaya.

“Nil, gak onok duit 150 juta tha? Kekno aku Nil! Tak puterno. Aku bisnis investasi saiki…”

“Satus seket juta duit pretelan jembut tha Mas?”

Lalu kawan saya ini memasang emoji orang ketawa ngakak. Padahal saya blas tidak sedang bercanda.

Dan karena masih saja memaksa minta 150juta untuk bisnis investasi dia, maka saya bukalah himpitan nasib kita.

Saya pun cerita singkat masalah suami yang kehilangan pekerjaan dan ada hutang pengadilan juga.

“Owalah Nillll…. yo wes nek ngono”

Udah gitu aja dan diapun menghilang sampai sekarang ndak ada kabarnya.

———————————————————

Indigo Rogers lahir. Saya dirundung depresi hebat dan sampai harus rutin ketemu psikiater, psikolog dan juga relawan kejiwaan yang disediakan pemerintah Australia.

Saya sakit mental beneran.

Ting!

Messenger berdenting.

Kali ini dari adik kelas saya jaman kuliah di Yogya. Saya tahu nama dan wajahnya tapi blas ga pernah ngobrol-ngobrol akrab. Cuma sekedar hai hai aja.

“Mbak, boleh pinjam lima juta? Nanti aku cicil mbak… suamiku kecelakaan…”

Sek tha… koen iki sopo? Bojomu iku sopo???? Aku loh ga kenal.

Dan kembali saya harus bercerita singkat bahwa saya lagi ada masalah finansial. Dan dia pun menghilang sampai sekarang ndak ada kabarnya.

—————————————————

Saat Indigo sudah mulai merangkak, Messenger berdenting berkali-kali dan karena saya cuekin, si pengirim pesan nekat menelepon.

Tetap saya cuek.

Karena saya tahu siapa yang menelepon.

“Tolong mbakkkkk, si xxx mau melahirkan! Kita gak ada biaya…”

Saya marah besar!!!

Saya telepon balik lewat Messenger dan saya maki habis-habisan!

Ya memang benar si xxx itu saudara saya. Kita ada hubungan darah.

Tapi dia sudah salah langkah!

Disekolahkan malah kabur!

Dikasih kesempatan kedua dan dibayari kursus ini itu, kabur lagi.

Dan kabar terakhir, dia jadi lesbian.

Eh kok ini pasangan lesbinya mencak-mencak ke saya karena pacarnya (saudara saya) ini mau melahirkan!

Heh, lesbian kok meteng Su?!?!?

Jangan dikira saya ikhlas membantu dan lantas dijadikan ATM berjalan yah!

Salah sasaran kalian itu!

Saat saya sudah tenang, saya kasih tahu si xxx itu:

Mbak ndak mau tahu orientasi seksual kamu. Itu bukan urusan mbak!

Yang mbak minta cuma satu: KEJUJURAN kamu jadi manusia.

Bisa gak kamu jujur ????

Dan krik krik krik sampai sekarang xxx ini ndak membalas permintaan saya itu.

————————————————

Entah berapa kali saya harus nulis dan bercerita kalau hidup di luar negeri itu perjuangannya lebih berat daripada di negara kelahiran.

Ada bentrok budaya yang harus setiap saat diadaptasi.

Ada beda bahasa yang senantiasa harus dipelajari.

Ada iklim kerja yang berbeda dari yang biasa kita alami di Indonesia.

Dan, kita SENDIRIAN tanpa ada ibu bapak bulik paklik Gojek GoFood Grab Tukang Pijet Tukang Bakso Tukang Siomay….

Kita benar-benar dipaksa MANDIRI.

Lalu kenapa… wahai kenapaaaaaa kalian selalu memandang kita sampai mendongak begitu??????

Jangan silau dengan liburan kita!

Heh iku duit golek dewe yoh! Gak njaluk bapakmu!

Itu uang hasil kerja keras kita dan memang wajib untuk disenang-senangkan biar kami para migran ini ndak stres dan gila!

Masih belum paham?

Baca tulisan saya Tim Kesayangan, itu kerjaan saya saat ini.

Sebelumnya?

Saya pernah jual kayu bakar dan bisa sekitar 1,2 ton saya angkut ke rumah-rumah klien.

Saya bawa sendiri.

Saya setir sendiri itu trailer besar beserta kayu-kayunya.

Saya sampai pernah nggeblak saat bawa kayu karena kelelahan.

Pernah jadi cleaning service dan sering mbersihin toilet yang masih ada tahinya.

Dan sekarang awet jadi kuli di Supermarket Jerman yang kerjanya angkat-angkat dan jalan cepat sana sini.

Dan gitu kalian kok enak bener njapri minjem uang??????

————————————————-

Jujur, saya lelah dengan pandangan kalian itu semua.

Yang melihat saya di Australia.

Yang melihat suami saya bekas dokter (hewan).

Yang memandang rumah (kontrakan) saya super luas.

Yang melihat saya liburan enak.

Pertanyaan saya cuma satu:

Kalau saya tidak pernah ganggu kalian masalah duit, kenapa kalian ganggu saya terus sih?????

Berhentilah memandang kehidupan saya ini serba wah.

Wah ndasmu!

Remuk nang kene iki ngerti o!

Kalian ngganggu terus!

Kalian yang males bayar hutang!

Kalian yang malas jadi mandiri!

Kalian yang mental tahu, gampang ajur!!!

Cari solusi permasalahanmu sendiri!

Berhentilah merengek!

Bukan bayi gerang kau itu!!!!

Busselton 240119

21:52pm