Ini tulisan menyangkut kematian.

Tenang saja, tidak horor kok. Wong saya ini korak yang penakut.


Ingatan saya tentang kematian yang masih melekat kuat ya saat mendatangi acara penguburan sahabat dekat saya, (alm) Bambang Subagyo.

Salah satu sahabat baik dari SMA hingga sesaat saya masih magang jadi wartawati ingusan.

Saya ingat benar akan sosok jasadnya yang dipocong. Tangisan tergugu banyak kawan dan keluarga yang ditinggal. Hingga ingatan jasad sang sahabat yang diturunkan perlahan ke liang lahat, masih terekam jelas sampai detik ini. Susah untuk lupa.

Kesedihan yang teramat dalam. Buat saya, merayakan kematian di Jawa itu selalu diliputi kesedihan. Loh ya jelas! Masak ditinggal selamanya kok malah gembira?

Tapi, gambaran misek-misek masal hingga jerit tangis, sama sekali tidak kentara saat saya berkali-kali mendatangi acara pemakaman di Australia.


Saya dikirimi kartu undangan. Ada tulisan nama Kurt dan saya.

Mirip undangan mantenan karena ada bunga-bunganya.

Yang beda, di bagian depan ada foto seseorang yang telah tiada.

Laiknya undangan untuk dihadiri, tercetak jelas lokasi; tanggal dan jam acara penguburan (Funeral).

Ada yang di gereja.

Ada yang di Chapel yang jadi satu dengan lokasi kuburan.

Tapi belum satupun saya menghadiri acara pemakaman di rumah mendiang.

Yang paling sering saya datangi ya Chapel di Fremantle Cemetery. Yaitu Kuburan umum di Fremantle yang punya beberapa bangunan khusus untuk acara penguburan.

East Chapel
Foto East Chapel di Fremantle Cemetery. Diambil dari website http://www.mcb.wa.gov.au

“Aku pakai baju apa ini? Aku loh ga punya dress hitam?”

“Halah pakai dress apa aja yang penting sopan. Ini loh bukan orang Italia yang meninggal. Ndak harus hitam-hitam.”

Benar saja. Yang datang banyak yang pakai baju warna warni. Meskipun tetap ada yang pakai hitam-hitam tapi lebih banyak memilih mengenakan warna lain selain hitam.

Kami semua berkumpul di Chapel yang sudah tertera di undangan.

Menunggu aba-aba panitia penguburan (staf Funeral service).

Mobil sedan hitam panjang yang membawa peti Jenasah, datang perlahan.

Kadang, ada Jenasah yang diajak “jalan-jalan” dulu mengelilingi kuburan dan kami semua membebek di belakang mobil.

Tapi selebihnya ya cuma dibawa masuk mendekati Chapel menggunakan mobil saja.

Setelah mobil parkir di dekat pintu masuk, bagian belakang mobil pun terbuka. Peti Jenasah dengan rangkaian bunga cantik di atasnya, ditarik keluar dan kemudian di bawa ke dalam Chapel oleh beberapa keluarga dekat mendiang.

Para undangan kemudian dipersilahkan masuk.

Jika yang meninggal orangnya Relijius, penguburannya tentu disesuaikan dengan keyakinannya. Biasanya ya secara Kristen dan ada pendetanya.

Sedangkan yang ateis, ya tetap ada semacam pembawa acara dari pihak Funeral Service yang memandu acara penguburan tersebut.

Doa-doa dilantunkan, kalau yang meninggal Relijius.

Yang ateis, biasanya langsung ke acara eulogi alias pidato kenangan untuk mengingat si almarhum/almarhumah.

Acara penyampaian Eulogi, jadi salah satu favorit saya karena saya jadi tahu masa lalu si mendiang. Jadi tahu kerja keras si mendiang. Jadi tahu karakter uniknya. Jadi tahu cerita-cerita lucunya. Jadi seperti kenalan lagi dengan yang sudah meninggal itu.

Nah yang berikutnya ini yang paling saya sukai kalau lagi diundang ke acara kematian: Acara pamer foto dan lagu favorit!

Slide foto yang dipadu dengan latar belakang musik favorit si mendiang dimulai. Seluruh undangan menatap ke layar putih besar atau kadang di televisi yang ada di Chapel.

Foto kecil. Foto bersama keluarga. Foto saat remaja. Foto lucu. Foto saat menikah. Foto saat menua.

Yang hadir tersenyum-senyum.

Keluarga yang ditinggal juga tersenyum meskipun berkali-kali menyeka pipi yang basah karena air mata.

Saya, seringnya menangis juga di acara pamer foto-lagu ini. Teringat waktu si mendiang masih hidup.

Dan khusus untuk lagu kenangan, tidak sedikit saya mendapati slot “mendengarkan” lagu kenangan ini diperpanjang.

Bapak mertua saya dulu waktu meninggal dipasang sekitar lima lagu loh!

Malah ada acara pemakaman yang undangannya “dipaksa” mendengarkan lagu favorit si mendiang sampai puluhan menit!

Tak jarang pula, saya mendapati beberapa undangan yang sampai bergoyang kanan kiri menikmati lagu.

Intinya, puncak acara kematian itu ya di lagu-lagunya yang bikin suasana jadi cerah ceria. Karena yang diingat ya keceriaan si mendiang semasa hidupnya.


Selanjutnya, acara perpisahan.

Jenasah ada yang dibawa ke kuburan untuk dikubur dan banyak juga yang dikremasi.

Sebelum berpisah, undangan dikasih kesempatan mengucapkan selamat tinggal dengan mengambil potongan bunga rosemary yang sudah siapkan di dalam keranjang rotan.

Untuk yang dikremasi, peti akan berjalan perlahan menuju ke sebuah bilik dan menghilang dari pandangan. Sudah begitu saja. Sepertinya peti tersebut masuk ke tungku pembakaran di ruangan tersendiri.

Sedangkan untuk yang dikubur, ya undangan dipersilahkan menuju ke kuburan untuk memberikan penghormatan terakhir sambil melemparkan tanah di sekitaran liang sebagai simbol “selamat tinggal”.


Usai acara penguburan, biasanya ada acara makan-makan ringan di acara lanjutan. The Wake, namanya. Hanya yang diundang yang boleh datang. Biasanya nanti dikasih tahu kalian diundang apa tidak.

Oh iya, jangan ngotot datang kalau tidak diundang! Ini masalahnya hitungan katering per-kepala.

Bisa mumet yang punya gawe kalau undangan tidak diundang tiba-tiba muncul!

Bagi keluarga yang malas didatangi, mereka bikin acara The Wake-nya di Cafe atau restoran. Dan undangan pun bayar minuman mereka sendiri. Kudapan ringan pasti disediakan.

Sudah begitu saja.

Dan kita semua pun kembali ke rumah masing-masing sambil membawa kenangan terindah dari si mendiang.


Mati itu pasti. Dan siapapun tidak akan mungkin bisa bernegosiasi jika maut sudah menjemput.

Saya siap?

Insya Allah siap.

Toh saya tidak bisa mengelak juga kalau dijemput, ya nggak?


*Kalau saya meninggal sebelum Kurt, tolong ingatkan dia untuk memasang lagu-lagunya Ace of Base dan Rage Against The Machine.

Karena itulah saya.

Bisa manis manja lucu menggairahkan tapi bisa juga korak galak gahar dan sadis.

Busselton, 07 Desember 2018 pukul 09:04 waktu Perth