Saat awal-awal pacaran, saya pikir suami saya ini ya cuma seorang dokter hewan saja. Memang sih, Kurt pernah cerita kalau dia juga lulusan S1 jurusan seni rupa (fine art) dan saya berpikiran itu hanyalah hobi dia saja.

Ternyata saya salah besar.

Kurt, suami saya ini manusia serba bisa.

Sekitar tahun 2008, Kurt pernah bikin pameran lukisan di Fremantle dan hampir semua lukisannya ludes terjual! Keuntungan yang berhasil di raup saat itu sekitar AU$30.000 lebih. Dan hebatnya lagi, dia bikin pameran lukisan saat sedang sibuk-sibuknya berprofesi sebagai dokter hewan.

Art1

Saat kami menikah dan kemudian saya migrasi ke Australia Barat, keahliannya di segala rupa itu mulai terlihat.

Awalnya ya saya pikir masalah hobi juga: utak atik mobil, misalnya.

Tapi ini kok semua mobil yang rusak, bisa diperbaiki ya?

Dari mulai sedan segala merek, Land Rover, Range Rover, VW combi, Volvo dan banyak lagi. Semuanya di bereskan sendiri kalau mesinnya mulai minta perhatian.

Spare partnya dapat dari mana? Hampir sebagian besar perkakas dan spare part mobil dibelinya online lewat Ebay.

“Spare part di Australia mahal sekali harganya,” begitu alasannya saat saya mencak-mencak melihat panjangnya daftar belanjaan peralatan mobilnya.

Tapi sebenarnya, kalau dihitung dengan serius, kami ini mengirit banyak loh! Kenapa? Karena service mobil skala ecek-ecek saja mahalnya minta ampun, bisa ratusan dolar. Apalagi kalau mobil rusak, waduh bisa puluhan ribu dolar! Makanya ada banyak orang Australia yang “membuang” mobilnya begitu saja kalau sudah rusak, karena biaya perbaikan dengan duit untuk beli mobil, lebih murah beli lagi.

Tidak hanya berhenti di mobil, Kurt keranjingan masalah listrik sesaat setelah suami saya kehilangan pekerjaannya sebagai Dokter Hewan dan setelah kena serangan jantung LIMA KALI (baca: Marmut, kalau belum tahu).

“Babe, tolong bawain buku listrik aku dong. Aku lupa tadi ketinggalan di ruang tamu,” kata suami saya saat sedang di dorong dari ambulans menuju ruang UGD saat jantungnya melemah.

Saya melongo.

Lah wong kena serangan jantung kok ya masih mikirin belajar listrik?!?!?!

Dari ilmu listrik lewat buku-buku dan tontonan di YouTube, suami saya bisa bikin audio sendiri. Bikin speaker sendiri. Bikin berbagai macam alat listrik yang saya sendiri tidak paham namanya apa. Kurt juga sempat mengoleksi radio jaman baheula (radiogram) untuk dipelajari listriknya.

“Masak kalau cuma dipelajari belinya sampai SEPULUH BIJI?” saya mengamuk.

Akhirnya, sebagian besar dari radiogram itu pun menumpuk berdebu di gudang. Menunggu waktu untuk di jual lagi.

Sejak saya tantrum berat karena hobi listriknya ini hampir bikin kami bangkrut, Kurt pun mengurangi antusiasnya belajar listrik hingga akhirnya berhenti total.

Tak lama, kami pun pindah kontrakan ke lokasi di pinggiran di Busselton. Properti yang kami kontrak ini lumayan luas, 10 hektar totalnya. Kurt pun semangat menjadi tukang kebun (lagi).

Iya, tukang kebun lagi. Karena di rumah kontrakan yang dulu, Kurt juga menanam ratusan jenis sayuran, buah, cabai dan banyak lagi. Semuanya dia yang tanam dan rawat. Saya hanya bagian ngomel panjang pendek saat duit belanja terpakai buat beli pupuk.

Di rumah ini, Kurt mulai bikin ladang sendiri. Mau menanam wortel, katanya. Kembali menanam puluhan varietas cabai. Menanam labu. Menanam timun. Menanam kemangi dan banyak lagi.

Saya, sampai tulisan ini saya turunkan, hobi berkebun ini masih saja belum menular kepada saya. Entah kenapa, berkebun kok buat saya membosankan ya. Palingan saya berkeliling rumah untuk memotretnya, itu saja.

Setelah kehilangan pekerjaan sebagai Dokter Hewan, Suami saya memang sempat bekerja sebagai buruh kasar. Pernah jadi tukang gali tanah, tukang cat rumah, tukang kebun, tukang pasang lemari di pergudangan dan banyak lagi.

Tapi jujur, SAYA BANGGA!

Meskipun banyak yang menyayangkan perubahan profesinya yang awalnya dokter lalu jadi buruh kasar, tapi SAYA BANGGA-nya luar biasa. Suami saya tidak mencuri. Tidak korupsi. Dan yang paling penting, Kurt tidak gengsian 🙂

Saat ini, suami saya sudah punya profesi tetap yaitu sebagai tukang reparasi pintu-jendela geser; dan tukang kayu 🙂

Iya, kami punya timber mill atau penggergajian kayu skala kecil.

Lagi-lagi hanya lewat buku dan YouTube, Kurt belajar otodidak caranya membetulkan pintu-jendela. Begitu juga dengan cara membikin beragam kerajinan kayu dan rustic furniture alias furnitur natural a.k.a furnitur gaya ndeso 🙂

Nah apa lagi sekarang?

Dokter, sudah. Seniman, iya. Tukang segala bisa, iya. Lalu apalagi yang dia tidak bisa?

BANYAK!

Dibandingkan saya, Kurt tidak ada apa-apanya.


 

Kurt, pernah panik berat saat saya keguguran di toilet. Darah mengucur deras tak terbendung. Saya sudah setengah semaput karena tidak bisa melihat apa-apa. Kemudian pipi saya di tepuk keras. Badan saya diguncang-guncang demi satu tujuan: “Babe, please bangun babe, please… Aku tidak tahu caranya masang pembalutmu ini gimana… Please bangun babe..”

Saya pun batal pingsan dengan damai. Sambil lunglai, saya pasang pembalut itu di kegelapan karena saya masih juga “buta”.

“Mengoperasi hewan yang berdarah-darah jagonya, giliran masang pembalut istrinya, keok!” sindir saya. Kurt hanya meringis.

Mengurus bayi??? Haduuuuhhh, ini lagi. Mending saya suruh Kurt bikin audio daripada berurusan dengan bayi!

Suatu kali, Indigo (waktu) bayi menangis tidak berhenti. Benar-benar histeris. Saya yang saat itu berada di luar rumah, di telepon oleh Kurt, dan terdengar jeritan membahana di ujung telepon sambil Kurt yang berteriak panik, menyuruh saya segera pulang.

Kalian tahu ada apa????

Kurt lupa, setelah memotong cabai untuk masakannya dan tidak cuci tangan, eh malah memasukkan jarinya ke MULUT INDIGO.

“Habisnya lucu sih, melongo gitu, aku iseng jariku tak masukin ke mulutnya dan eh…” tuturnya polos. Saya gigit pintu.

Tidak berhenti di situ, Indigo pernah sampai terlompat kaget dan untung saja tidak kejang gara-gara di kageti dengan super keras oleh BAPAKNYA!!!!

“Kamu sudah gila ya!??!?!” teriak saya sambil mengejar Kurt, siap menghajar.

Lagi-lagi alasannya sama: habisnya melongo gitu loh, lucu.

Lah wong lihat bayi melongo kok malah di kagetiiiii… haduuuuhhh Makkkk, tobattttt!!!!


 

Suami saya tahu betul kalau laki-laki tidak pernah bisa menang lawan wanita (CATAT YA!).

Dia paham bahwa wanita dikaruniai otak yang bisa multi fungsi, multi tugas, multi tasking. Laki-laki secara mayoritas ya MONOFOKUS. Satu fokus saja.

Kalaupun Kurt bisa segala hal, tapi yang dilakukan kan ya itu-itu saja. Hanya satu fokus yang ada di depannya.

DIA TIDAK BISA memasak sambil merapihkan tempat tidur di waktu yang sama. Memanggang roti sambil membersihkan lantai, di waktu yang sama. Mengurusi anak sambil bekerja juga. Makan, mencuci piring dan membersihkan dapur dalam waktu singkat tanpa ada jeda untuk merokok, minum wine dan maen solitair. Membagi waktu siang hari untuk anak dan malam hari untuk suami. Memijiti suami dimana saja dan kapan saja.

Kurt angkat tangan. Dia menyerah dan angkat topi pada WANITA, terutama saya.

Saya, yang awalnya dulu (cuma) kerja di kantor, bisa berubah (sampai depresi) jadi ibu rumah tangga yang juga mampu bekerja mengurusi administrasi perusahaan keluarga, menjadi akuntan keluarga, menjadi resepsionis, menjadi sopir, menjadi tukang antar kayu bakar yang sekali angkat minimal bisa 800an kilogram, menjadi tukang masak keluarga, menjadi tukang pijat plus plus suami… Banyak!

Firewood4

Kurt kerja dari pagi hingga pukul lima sore. Setelah makan malam, biasanya jam 8an, Kurt sudah mendengkur di depan TV.

Saya? Kerja dari pagi sampai jam 10 an malam!

Makanya Kurt sama sekali tidak berani protes kalau saya minta mudik sendirian. Minta di biarkan sendirian beberapa jam bahkan seharian. Dibiarkan saja saat tantrum saya meledak karena butuh melepaskan uap panas dalam jiwa akibat kelelahan fisik dan psikis.

Jadi WANITA itu sudah berat. Apalagi ditambah lagi jadi istri, jadi ibu.

Tugas wanita tidak ada berakhirnya. Jika ada istilah suami pensiun, seorang ibu dan istri tidak ada pensiunnya. Kita, wanita akan tetap bekerja mengayomi rumah tangga sampai menutup mata. Betul tidak?

Apakah saya memprotes kodrat?

Tidak juga. Tapi saya menolak tegas adanya pemikiran bahwa wanita itu mahluk yang lemah. Wanita lemah ndasmu!

Laki-laki apa bisa berdarah-darah selama minimal lima hari setiap bulannya tapi tidak mati????  Cuma wanita yang bisa 🙂

Jadi, Mbak, Bu, Ning, Yuk.. Jangan pernah sekali-kalinya menerima di bilang sebagai mahluk yang lemah. Ketahuilah bahwa orang yang berkata seperti itu sedang memamerkan kelemahannya sendiri. Sedang mempertontonkan kepengecutannya sendiri. Dia “melemahkan” wanita karena dia sendiri takut tidak bisa beraksi sebaik wanita.

Laki-laki yang seksis, yang sukanya menempatkan wanita di belakang dan bahkan di bawah kaki mereka, ingat ya! Kalian lahir dari wanita loh! Bukan dari lubangnya laki-laki. Jadi jangan pongah!

Sekian dari saya 🙂

*Kapan-kapan saya sambung lagi mengenai tulisan jungkir baliknya saya menjadi ibu rumah tangga di Australia yang minta ampun beratnya (sembah sujud pada seluruh ibu-ibu rumah tangga di luar sana)

 

BUSSELTON 15 Agustus 2017 Pukul 10:15 malam (waktu Perth, Australia Barat)