Hidup di Indonesia terutama di Jawa, enak sekali, buat saya.
Bayangkan, kita di kelilingi tukang bakso, tukang gado-gado, tukang ini itu. Ada tukang becak. Ada gojek. Ada semuanya. Hidup jadi lebih mudah karena ada banyak orang yang siap membantu meringankan beban kita.
Tapi di Australia tidak begitu!
Mana ada tukang jualan keliling? Dengkule isok cumplung! Lah wong Australia itu luassss. Jarak antara rumah satu dengan yang lainnya bisa minimal satu kilometer, terutama di area pedesaan seperti rumah saya ini.
Apa? Jualannya pakai mobil? Haduuuh, rumah-rumah di Australia itu besar-besar. Dan rata-rata pintu depan terkunci rapat. Jarak antara jalan depan dan pintu rumah itu jauh. Masak iya mau teriak-teriak? Bisa putus pita suaranya nanti.
Mau makanan siap saji? Yo tuku o rek! Tapi ya gitu, mahal. Hiks! Makanya di Australia saya awet kurus. Soalnya terpaksa harus ke dapur, masak buat satu keluarga. Masalah rasa, ya lumayan lah. Kalau kurang enak, ya tinggal di tambahi kecap! Gitu aja kok nesu!
Tukang becak, gojek? Ngimpi?!?!? Berangkat sendirilah! Kalau tidak punya kendaraan ya naik transportasi umum. Tapi ya gitu, bis tidak tersedia 24 jam. Dan tidak semua tempat di lewati bis. Ujung-ujungnya ya harus berjalan kaki.
Masalah Pom Bensin juga sama. Rata-rata self service alias ngisi bensin dewe.
Awalnya saya ya takut. Lah wong seumur-umur ndak pernah isi bensin sendiri jeh! Biasanya kan duduk manis di dalam mobil, nanti ada petugas yang mengisikan bensin. Kita tinggal kasih uang saja. Australia bedaaaa. Parkir di mesin premium atau diesel. Turun, buka kap bensin dan pompa bensin/diesel di masukkan dan diisi sendiri. Nanti kisaran harganya terlihat jelas. Kalau bawa uang sedikit, ya di kira-kira sendiri. Jangan terus di tekan pompanya ! Setelah selesai, hafalkan nomer mesin bensin/dieselnya. Lalu, masuk ke dalam kantor Pom Bensinnya untuk BAYAR.
Lah, ditinggal mlayu ae kan isok? Wong ga ada yang njaga!
Ndasmu! Mentalitas maling yah?!?!?
Cuci mobil-motor juga sama. Masuk ke tempat yang khusus untuk pencucian mobil trus masukkan koin-koin dan ikuti petunjuknya. Lantas, semprot dan bilas sendiri mobilmu.
Memangnya tidak ada cuci mobil otomatis? Adalah! Itu saya yang sering pakai hahaha Soale males teles kabeh! Biar suami saja yang nyuci, saya tinggal duduk di dalam mobil sambil ngemil coklat.
Yang lebih sangar lagi, ada penjual telur, sayuran dan buah yang jualannya di depan rumah dan ditinggal begitu saja. Tidak ada penjaga. Tidak ada CCTV. Benar-benar murni dari kejujuran pembeli.
Saya ada langganan madu murni di Busselton sini. Kalau beli ya masuk langsung ke halaman rumahnya. Masuk ke ruangan “madunya”. Ambil madu dan bayar sendiri. Yang punya rumah malah jarang di sana. Bayangkan! Di ruangan madu itu ada tumpukan uang! Minimal sekitar $100 di sana. Kok ndak takut dicuri ya?
“Ah, saya percaya saja. Selama ini kok tidak ada yang mencuri uang dan madu saya,” kata Pak Bishop, si penjual madu.
Saya tertegun.
Sedihnya, sejak pindah rumah di desa, tidak ada lagi mobil sampah. Seluruh sampah di rumah, harus di bawa sendiri oleh saya dan suami ke rubbish tip atau TPA, di Busselton. Dan ini tidak gratis loh! Mbayar! Sampah rumah tangga sekitar $6-$8 (60rb-80rb). Sedangkan sampah yang besar, seperti kasur, besi, kulkas dan sebagainya, bisa lebih mahal lagi, minimal $30 (300ribuan). Bayangkan! Mbuang sampah loh mbayar!
Ah, andai Australia bersedia impor pemulung dari Indonesia.
Pernah suatu kali, keponakan suami yang baru saja dapat SIM Mobil, ingin beli mobil yang murah. Sebagai Om yang baik, suami menawarkan pada adiknya, salah satu mobil kita yang bisa di beli murah.
“Ben, kamu beli saja mobilku ini. Murah aja $1000, khusus buat anakmu,” kata suami menawarkan Land Rovernya.
Ben, Adik suami saya yang kebetulan direktur di dua perusahaan ini bilang, “Eh enak saja! Dia harus cari duit sendiri dong kalau mau punya mobil!”
Dan benar saja, si anak ini akhirnya kerja bagian angkat-angkat di gudang (sampai sekarang) dan menabung dengan serius untuk beli mobil sendiri. Hemmmm…
Coba kita. Kayal-kayal njaluk emak bapak’e montor!
Untungnya saya dulu ndak begitu sama ibu saya. Bisa di keplak kepala saya hahaha
Lagi, kerja di farm atau pertanian juga sama. Minimal lahan pertanian di Australia ini sekitar ratusan hektar. Malah, ada kawan suami yang mengeluh karena lahan pertaniannya kecil dan butuh uang untuk beli lahan lagi.
“Memangnya luas lahanmu berapa sih? Perasaan kok sudah luas sekali,” tanya saya sambil mengedarkan pandangan di lahannya yang tiada berujung itu.
“Kecil ini dibandingkan tetangga lainnya. Cuma 300 hektar saja,” keluhnya.
Astaga! Sakmono iku cilik?!?!? Duh Gusti…
Semuanya harus dikerjakan sendiri di sini. Tidak bisa manja. Bahkan sekelas Perdana Menteri-pun tidak gengsi untuk menyetiri mobilnya sendiri. Supir hanya dipakai saat bekerja saja. Di luar itu, ya dipancal dewe mobile!
Saya pernah bertemu langsung dengan Walikota Fremantle, Brad Pettitt, yang sedang di wawancari wartawan di pasar Fremantle (Fremantle Market). Setelah wawancara selesai, si Brad ini ya jalan kaki sendirian menuju parkiran mobil dan pulang sendiri. Tidak ada nguing nguing polisi. Biasa saja.
Jadi, yang biasa hidup enak di Indonesia dan ingin tinggal di Australia. Bener nih sudah siap mental? Harus benar-benar mandiri loh ya.. Bisa?
Busselton 070217 Jam 2 siang waktu Perth.
3 Pingback