Kuliah berarti belajar lagi. Membaca tumpukan buku lagi. Ide ini awalnya dari suami saya untuk menepis depresi saya. Ya saya tolak lah! Wong saya ndak suka sinau kok! Orang depresi itu dihibur, di ajak pelesir, ini kok malah di suruh kuliah! Wegah!

Setahun, dua tahun, tahun keempat, saya akhirnya mengiyakan.
Ya wes, tak cobak e kuliah sih. Semoga ini otak bisa mencair sedikit. Biar ndak beku.
Dan karena masih ada anak ragil yang manjanya minta ampun, saya memutuskan untuk kuliah online saja. Browsing dulu sana sini. Baca review kuliah online yang terbaik dan yang statusnya bukan “diiyakan”. Ada yang murah, tapi reviewnya buruk. Ada yang mahal tapi dari lembaga yang resmi dan terakreditasi baik. Saya pilih yang nomer dua. Mahal sedikit tidak apalah, toh yang cari uang bukan saya ini hehehe

Curtin University pilihan saya. Secara fisik, ya di Perth. Tapi kalau online, ya tidak perlu kesana lah!

Jurusannya? Nah ini… Saya sepertinya salah ambil jurusan lagi seperti pas ambil jurusan Hubungan Internasional jaman kuliah di UPN Jogja dulu.

Kali ini, saya ambil Bachelor of Art jurusan Professional Writing and Publishing. Dengan pertimbangan, saya suka nulis.

Minggu pertama kuliah, saya sudah dikasih tugas bikin ESAI. Hwaduh! Sik buru mulai reeekkkk! Wes nyusun skripsi kecil!

Rambut rasanya lepas satu-satu karena saya harus belajar (lagi) cara bikin referensi, bikin struktur tulisan formal dalam Bahasa Inggris! Duh, sumuk ndasku!

“Aku ndak kuat. Tak berhenti aja ya?” rengek saya pada suami.

Tapi si penyandang dana tidak mengamini permintaan saya. Kuliah harus tetap jalan. Wes kadung bayar iki loh!

Perlahan, saya mulai bisa mengikuti ritme perkuliahan online ini. Jadwal belajar saya, biasanya pas Indigo lagi tidur siang dan pas malam hari. Tapi kalau ada tugas dan ujian, Indigo harus masuk day care biar saya bisa konsentrasi.

Tapi, ini juga tergantung mood!

Pernah, bukannya mempersiapkan tugas esai yang semakin mendekati deadline, saya malah keluyuran motret langit. Lah piye? Pikiran lagi kosong iki loh! Stuck!!

Untungnya saya ini orangnya suka maksa. Tugas Deadline tinggal beberapa jam, saya kebut. Hasilnya? Alhamdulillah sampai sekarang tidak terlalu mengecewakan. Nilai ujian saya masih di atas rata-rata hehehe

Sebenarnya ada hal penting dari kuliah ini yang tidak saya temui di perkuliahan saya sebelumnya. Di sini, kita di didik untuk berpikir bebas tapi ada referensinya. Di ajarkan bagaimana caranya belajar. Learning how to learn. Buku bacaan ada, tapi hanya sebatas arahan. Sisanya, ya mikir sendiri. Gali sendiri. Tanya ke dalam diri dan hatimu, kamu ini maunya apa? Di ajak untuk berpikir kritis dan mampu merefleksikan diri.

Yang terakhir ini saya masih megap-megap. Dua kali jurnal tulisan saya tentang refleksi diri, di komentari dosen masih kurang dalam. Masih ngambang. Saya masih belum bisa “tenggelam” dengan baik. Reflective writing namanya. Nanti saya bahas lagi di postingan saya yang lain.

Saya belajar dan terus belajar. Saya suka baca. Bukan karena keminter! Ini karena saya ndak pinter! Makanya butuh asupan ilmu tanpa henti. Dan masalahnya lagi, saya ini pelupa, lalian! Sinau serius hari ini, nanti sebulan kemudian, coba saya ditanya, pasti lupa saya tadi sinau apa. Haduh! Mangkanya saya ndak bisa jadi dokter!

Busselton, Senin 060217 Jam 1:35 waktu Perth.

FOTO: ini diambil tahun 2011. Menyelam di perairan dangkal di Balangan, Bali (kalau ndak salah). Bagi saya, belajar itu seperti menyelam. Menyenangkan tapi juga bikin susah bernapas. Makanya, jangan lupa naik ke permukaan, ambil nafas, trus menyelam lagi. Kalau pakai tabung oksigen? Ya sama saja! Masak mau menyelam selamanya? Kamu ikan apa orang?