Anak adalah titipan. Entah itu kata-kata bijaknya siapa. Tapi saya mengiyakannya. Mereka memang titipan. Adalah tugas kita, orang tua, yang mengarahkan mereka jadi manusia baik.
Setiap orang tua punya cara dan ide masing-masing dalam membesarkan dan mengarahkan anak-anak mereka. Demikian juga kami, orang tua Andrea dan Indigo.
Pendidikan secara akademis, tidak terlalu kita nomorsatukan. Di seriusi tapi tidak terlalu serius.
Piye iki maksud e? Maksudnya, sekolah itu WAJIB tapi kami tidak mengharapkan anak-anak nilainya tinggi. Dan kalaupun kebetulan mereka bisa dapat nilai bagus, itu bonus bagi mereka dan kami juga.
Tidak munafik jadi manusia, adalah poin pertama. Jadi diri sendiri. Nakal boleh tapi jangan munafik.
Poin kedua, yaitu KEJUJURAN.
Saya jadi ingat saat masih kerja jadi asisten presdir. Bos saya sampai frustrasi karena berkali-kali mencari supervisor tapi tidak ada yang cocok.
“Kamu cari orang yang model gimana sih Sir? Kurang pintarkah orang-orang yang kau wawancarai itu?” tanya saya gemas.
“Mereka pintar-pintar semua. Tapi tidak ada yang jujur!” sentaknya.
HAH? Sebegitu parahkah Indonesia? Sampai stok orang jujur saja susah di cari.
Kejujuran tidak bisa di peroleh secara teori. Anak-anak akan meniru kita, para orang tua.
“Aduh Ma, hujan gini loh! Cuma korek aja kan? Tidak mahal juga,” kata Andrea.
Saya MARAH BESAR! Sedih saya, Andrea bisa berkata seperti itu. Sepanjang kembali ke supermarket untuk bayar korek yang cuma $3 sampai kembali ke mobil, saya terus-terusan menceramahi Andrea tentang kejujuran.
Nanti dengan semakin dewasanya, mereka akan semakin paham akan arti pentingnya KEJUJURAN.
Poin ketiga adalah murah hati. Welas asih.
Misalnya, Kurt, suami saya. Casing luar memang sangar. Temperamen dan ngomong asal njeplak. Tapi, jiwanya halus sekali. Kurt bisa menangis di bioskop hanya gara-gara nonton film kartun yang sedih. Saya sampai geli sendiri.
Andrea bisa lihat bagaimana suami saya banyak membantu orang. Indigo untuk saat ini tentu belum paham.
Dari saya, Andrea dan Indigo bisa lihat bagaimana saya berkegiatan sosial. Contoh yang gampang-gampang sajalah. Bantu orang menyeberang jalan, misalnya. Ngasih uang receh ke pengamen. Bantu membawakan belanjaan orang jompo. Anak-anak melihat dan mereka belajar dari itu.
Yang terakhir, anak-anak HARUS takut TUHAN. Ini kenapa saya bikin yang terakhir? Karena mereka anak-anak. Konsep ketuhanan masih belum merasuk betul ke dalam pikiran mereka. Andrea tahu kalau Tuhan itu ada saat dia usia lima tahun. Perlahan, Andrea paham bahwa Tuhan adalah yang menciptakan kita semua. Surga, neraka? Wooohhh, belum lah! Masih jauh itu!
Saya pelan sekali menerapkan konsep ini karena pikiran anak masih susah untuk menjangkau ke arah sana. Yang penting, Andrea tahu keberadaan Tuhan dulu. Tahu kalau Tuhan marah lihat manusia jahat dengan manusia lainnya. Tuhan sedih kalau kita tidak berbagi makanan. Tuhan cemberut kalau kita tidak menghormati orang tua.
Itu dululah.
Konsep saya mungkin berbeda dengan kalian. Ini bukan doktrin. Ini sekedar sharing dan saya tidak perlu di setujui atau di kritisi masalah ini karena mereka anak-anak kami. Masalah agama, nanti saya bahas di postingan saya yang lainnya. Jujur, saya paling sensitif bahas masalah agama karena banyaknya penghakiman oleh manusia di luar sana. Untunglah saya nulisnya di blog pribadi, karena kalau ada komentar yang ndak mutu, ndak akan saya approve hihihihi
Itu konsep saya. Bagaimana dengan kamu?
Busselton, 060217 jam 8.28 waktu Perth.
February 6, 2017 at 2:42 pm
Pribadi yang jujur dpt melatih manusia beretika baik ya sai…biarpn jujur kadang menyakitkan, tp tu lebih baik drpd menutupinya dgn kebohongan. Sakit diawal dengan diakhir rasanya sama…hehehe…
LikeLike
February 6, 2017 at 2:50 pm
Curcol iki koyok’e hihihihi
LikeLike
May 13, 2017 at 6:38 am
Sebelumnya, salam kenal dr bonek Surabaya yg pernah terdampar di Oz selama setahun. Ttg postingan ini, aku setuju bahwa pada awalnya anak perlu diperkenalkan pada Tuhan, bahwa God sees everything. Jangan suka bohong, krn orang lain tidak tau tp Tuhan tau, dst seperti yg di postingan ini 🙂 Aku sendiri pertama kali (istilahnya) menyadari bahwa Tuhan itu ada, waktu usia sekitar 5 tahun, masih TK. Next week insyaalloh aku posting di blogku. Ijin link balik ke postingan ini ya. Makasih sebelumnya 🙂
LikeLike
May 13, 2017 at 6:56 am
Seneng aku rek tulisanku di komen bonek 🙂
Terima kasih atas apresiasinya juga.
LikeLike