Anak adalah titipan. Entah itu kata-kata bijaknya siapa. Tapi saya mengiyakannya. Mereka memang titipan. Adalah tugas kita, orang tua, yang mengarahkan mereka jadi manusia baik.

Setiap orang tua punya cara dan ide masing-masing dalam membesarkan dan mengarahkan anak-anak mereka. Demikian juga kami, orang tua Andrea dan Indigo.

Pendidikan secara akademis, tidak terlalu kita nomorsatukan. Di seriusi tapi tidak terlalu serius.

Piye iki maksud e? Maksudnya, sekolah itu WAJIB tapi kami tidak mengharapkan anak-anak nilainya tinggi. Dan kalaupun kebetulan mereka bisa dapat nilai bagus, itu bonus bagi mereka dan kami juga.

img_2864
Andrea (8 tahun) dan Indigo (2 tahun). Foto diambil oleh Nila Rogers. Dokumen pribadi.
Dunia sudah berubah. Banyak orang PINTAR tapi moralnya jeblok. Itu yang tidak kami harapkan untuk anak-anak kami. Mereka tidak harus pintar ini itu, tapi WAJIB tinggi moralnya.

Tidak munafik jadi manusia, adalah poin pertama. Jadi diri sendiri. Nakal boleh tapi jangan munafik.

Poin kedua, yaitu KEJUJURAN.

Saya jadi ingat saat masih kerja jadi asisten presdir. Bos saya sampai frustrasi karena berkali-kali mencari supervisor tapi tidak ada yang cocok.

“Kamu cari orang yang model gimana sih Sir? Kurang pintarkah orang-orang yang kau wawancarai itu?” tanya saya gemas.

“Mereka pintar-pintar semua. Tapi tidak ada yang jujur!” sentaknya.

HAH?  Sebegitu parahkah Indonesia? Sampai stok orang jujur saja susah di cari.

Kejujuran tidak bisa di peroleh secara teori. Anak-anak akan meniru kita, para orang tua.

img_1980
Noooo  Mummy! Foto diambil oleh Nila Rogers. Dokumen pribadi.
Suatu kali, saat sedang hujan, saya bergegas menyelesaikan belanjaan di supermarket melalui self check out counter. Semacam mesin pendeteksi barang, dimana kita bisa scan dan bayar sendiri. Saya sedang tergesa-gesa saat itu. Tit tit tit, bayar, selesai, lari ke mobil karena hujan. Eh, sampai di mobil baru sadar ada sekotak korek api yang belum terbayar! Panik campur malu, saya seret lagi kedua anak saya kembali ke supermarket.

“Aduh Ma, hujan gini loh! Cuma korek aja kan? Tidak mahal juga,” kata Andrea.

Saya MARAH BESAR! Sedih saya, Andrea bisa berkata seperti itu. Sepanjang kembali ke supermarket untuk bayar korek yang cuma $3 sampai kembali ke mobil, saya terus-terusan menceramahi Andrea tentang kejujuran.

Nanti dengan semakin dewasanya, mereka akan semakin paham akan arti pentingnya KEJUJURAN.

Poin ketiga adalah murah hati. Welas asih.

Misalnya, Kurt, suami saya. Casing luar memang sangar. Temperamen dan ngomong asal njeplak. Tapi, jiwanya halus sekali. Kurt bisa menangis di bioskop hanya gara-gara nonton film kartun yang sedih. Saya sampai geli sendiri.

Andrea bisa lihat bagaimana suami saya banyak membantu orang. Indigo untuk saat ini tentu belum paham.

Dari saya, Andrea dan Indigo bisa lihat bagaimana saya berkegiatan sosial. Contoh yang gampang-gampang sajalah. Bantu orang menyeberang jalan, misalnya. Ngasih uang receh ke pengamen. Bantu membawakan belanjaan orang jompo. Anak-anak melihat dan mereka belajar dari itu.

Yang terakhir, anak-anak HARUS takut TUHAN. Ini kenapa saya bikin yang terakhir? Karena mereka anak-anak. Konsep ketuhanan masih belum merasuk betul ke dalam pikiran mereka. Andrea tahu kalau Tuhan itu ada saat dia usia lima tahun. Perlahan, Andrea paham bahwa Tuhan adalah yang menciptakan kita semua. Surga, neraka? Wooohhh, belum lah! Masih jauh itu!

Saya pelan sekali menerapkan konsep ini karena pikiran anak masih susah untuk menjangkau ke arah sana. Yang penting, Andrea  tahu keberadaan Tuhan dulu. Tahu kalau Tuhan marah lihat manusia jahat dengan manusia lainnya. Tuhan sedih kalau kita tidak berbagi makanan. Tuhan cemberut kalau kita tidak menghormati orang tua.

Itu dululah.

Konsep saya mungkin berbeda dengan kalian. Ini bukan doktrin. Ini sekedar sharing dan saya tidak perlu di setujui atau di kritisi masalah ini karena mereka anak-anak kami. Masalah agama, nanti saya bahas di postingan saya yang lainnya. Jujur, saya paling sensitif bahas masalah agama karena banyaknya penghakiman oleh manusia di luar sana. Untunglah saya nulisnya di blog pribadi, karena kalau ada komentar yang ndak mutu, ndak akan saya approve hihihihi

Itu konsep saya. Bagaimana dengan kamu?

Busselton, 060217 jam 8.28 waktu Perth.